Langsung ke konten utama

Gerhana Matahari Total

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyatakan siap menyambut fenomena langka gerhana matahari total pada tahun depan. Kepala Lapan, Thomas Djamaluddin, mengatakan Indonesia siap menyambut gerhana matahari total yang akan terjadi pada Rabu, 9 Maret 2016. Gerhana tersebut diprediksi akan terjadi di 10 provinsi, yaitu Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. Hal tersebut disampaikan dalam seminar nasional menyongsong gerhana matahari total 2016 di Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah, akhir pekan lalu. "Gerhana matahari total pada 2016 merupakan kejadian langka sehingga sangat menarik bagi para peneliti serta masyarakat umum," kata Thomas dikutip dari situs Lapan, Selasa, 17 November 2015. Pria jebolan doktor Kyoto University, Jepang, itu mengatakan kesiapan Lapan dalam menghadapi Gerhana Matahari Total 2016 adalah mengoordinasikan kegiatan penelitian, edukasi publik, dan menjadi mitra pemerintah daerah dalam mendorong wisata daerah.
"Peneliti Lapan bekerja sama dengan peneliti NASA akan melakukan penelitian di Maluku Utara," Ungkap Beliau. Thomas mengatakan, terdapat dua jenis gerhana, yaitu gerhana bulan dan gerhana matahari. Gerhana bulan terjadi ketika piringan bulan masuk dalam bayang-bayang bumi. Sementara itu, gerhana matahari terjadi ketika piringan bulan menutupi sebagian atau seluruh piringan matahari. Gerhana matahari dapat dibedakan, yaitu gerhana matahari total, cincin, dan sebagian. Thomas mengatakan kejadian fenomena alam langka itu tidak akan membahayakan bagi yang menyaksikan.

Dia mengatakan, untuk mengamati gerhana matahari memerlukan cara tertentu agar aman. Thomas menyarankan untuk menggunakan kacamata matahari yang dilapisi filter khusus matahari. Hal ini untuk mencegah kerusakan mata jika mengamati secara langsung tanpa alat bantuan. (BU)

Bagi astronom terutama pengamat bintang, fenomena gerhana matahari menjadi fenomena astronomi yang spektakuler. Namun ini bukan berarti masyarakat awam (amatiran) tidak memiliki hasrat yang besar untuk menyaksikan fenomena alam ini, karena mereka ingin mengalami secara langsung maupun untuk mendokumentasikan fenomena langka ini.

Mengapa Bahaya?   

Berdasarkan penjelasan Prof B. Ralph Chou, bahwa meskipun 99% cahaya matahari terlindung oleh bulan pada peristiwa gerhana matarahari sehingga wilayah umbra bumi menjadi gelap (seperti malam), namun tetap ada cahaya radiasi dari matahari yang sampai ke bumi, dan sampai ke mata (jika kita langsung menatap dengan mata telanjang). Dan perlu diingat, cahaya matahari terdiri dari berbagai gelombang sinar baik dari sinar tampak (pelangi : me-ji-ku-hi-bi-ni-u) maupun sinar tidak tampak seperti UV yang berenergi dan berfrekuensi tinggi (panjang gelombang 290 nm) hingga sinar cahaya dengan gelombang radio yang berenergi dan berfrekuensi rendah (panjang gelombang beberapa meter) .


A Total eclipse in the umbra.
B Annular eclipse in the antumbra.
C Partial eclipse in the penumbra
B Annular eclipse in the antumbra.
C Partial eclipse in the penumbra
B Annular eclipse in the antumbra.
C Partial eclipse in the penumbra
Pada organ mata,sinar cahaya UV dengan panjang gelombang sekitar 380 nm akan langsung ditransmisikan ke retina (bagian belakang organ mata yang sensitif). Dan berdasarkan fisiologi struktur mata, cahaya radiasi UV merupakan penyebab terjadinya reaksi kimia yang mempercepat penuaan lapisan mata yang akan membuat katarak atau dalam kondisi menatap langsung gerhana matahari dapat menyebabkan “retina terpanggang”.
Besarnya intensitas sinar UV yang menempus ke retina menyebabkan kerusakan pada sel batang (rod cell) dan kerucut (cone cell) pada mata. Cahaya matahari (khusus komponen UV) menjadi pemicu serangkaian reaksi kimia pada sel-sel mata yang mana akan merusak kemampuan sel tersebut merespons objek visual. Dan dalam intensitas yang besar dan lama, akan menyebabkan kerusakan parah pada sel mata. Yang pada akhirnya akan menyebabkan mata mengalami buta sementara atau bahkan buta “abadi” (maksudnya tidak bisa disembuhkan).

Bagaimana Cahaya Sampai ke Retina?
Seperti yang kita pelajari di waktu bangku sekolah, pupil manusia memiliki fungsi yang serupa dengan diafragma pada kamera. Pupil dapat melebar atau menyempit tergantung jumlah cahaya yang memasuki mata. Pada suasana gelap, diameter pupil membesar sampai 8 mm untuk mengumpulkan cahaya yang cukup. Di siang hari yang terik, diameternya menyusut hingga 2 mm, bahkan mampu mengecil sampai sekitar 1,5 mm jika berhadapan dengan cahaya yang menyilaukan. Membesar atau menyusutnya ukuran pupil mata sangat tergantung resons saraf atas kondisi visual yang terlihat (tidak termasuk sinar tidak tampak seperti Infrared, X, UV, TV, Radio atau gamma). Sehingga dalam berbagai kasus, kita sering mendengar bahwa sinar infrared atau gelombang sinar X tidak boleh langsung kena mata, karena dapat menyebabkan katarak dan kebutaan.
Begitu juga dalam kasus Gerhana Matahari. Syaraf kita penglihatan melihat seolah-olah gelapnya dunia karena gerhana matahari berarti tidak ada sinar matahari yang mencapai kebumi. Padahal dengan ukuran yang sangat besar dari matahari pada saat gerhana matahari tidak total, maka ada sejumlah sinar yang sampai ke bumi yang tidak bisa dideteksi oleh mata. Ini mirip kita mencoba melihat sinar gelombang Infrared pada HP ketika transmisi data antar dua HP. Dalam hal ini, ada keterbatasan secara fisik pupil mata kita dalam pengaturan cahaya. Secara hitungan kasar, cahaya langsung dari matahari harus dilemahkan antara 10.000 hingga 50.000 kali agar aman  bagi mata. Sehingga secara otomatis, pada siang hari bolong, kita akan cenderung menghindari menatap matahari secara langsung dan sebaliknya pada kondisi gelap (malam), pupil kita akan membuka selebar mungkin.
Perilaku pupil mata manusia pada malam hari ternyata sama ketika terjadi gerhana matahari. Pada saat gerhana, pancaran cahaya matahari terhalang sebagian oleh bulan sehingga bumi menjadi gelap (masuk wilayah umbra-penumbra) , dan sehingga reaksi pupil mata secara alami membesar. Dan di saat orang menatap langsung ke matahari yang terlindung oleh bulan, pupil mata tidak bereaksi secara signfikan, padahal radiasi sinar-sinar UV tetap menempus ke bumi, menempus ke retina mata, yang sedang merusak sel batang dan kerucut mata.
Kefatalan akan terjadi bila kita sering atau dengan durasi lama menatap secara langsung ke matahari, karena pada saat itu bukan sinar tampak saja yang menembus mata, tetapi sinar-sinar berbahaya seperti UV tetap menerobos masuk menghasilkan reaksi kimia yang merusak sel mata.  Belum lagi, gelombang sinar inframerah (infrared) yang terkandung dalam sinar matahari turut “memanggang” (fotokoagulasi) sel batang dan kerucut.

Pengecualian
Setiap terjadinya gerhana matahari total, umumnya selalu ada fase gerhana matahari cincin, sabit,  dan gerhana matahari sebagian. Satu-satunya jenis gerhana pengecualian yang mana mata boleh secara langsung menatap ke gerhana matahari adalah pada fase gerhana matahari total yakni ketika sinar matahari benar-benar tertutup oleh bulan (100%). Namun periode ini sangat singkat dan memang jarang terjadi. Umumnya yang terjadi adalah gerhana matahari cincin, sabit atau setengah.  Dan yang paling berbahaya adalah menatap langsung gerhana matahari yang setengah atau cincin. Bahkan seperti pada bagian penjelasan sebelumnya, meskipun 99% permukaan matahari (fotosfer) tertutup oleh Bulan, kondisi ini tetap sangat berbahaya bagi mata jika kita menatap gerhana tanpa alat khusus.
Agar dapat melihat fenomena gerhana matahari, sudah banyak caranya. Salah satunya dengan menggunakan kacamata khusus seperti gambar di atas. Cara lain adalah melihat fenomena gerhana matahari tersebut diatas bayangan air (baik di kolam maupun di wajan). Atau membuat layar gelap di sebuah ruang (kotak) agar gerhana matahari tertangkap dilayar, dan kita melihatnya secara tidak langsung.

Mengapa gerhana matahari terjadi?
Sesungguhnya, gerhana matahari adalah 'kecelakaan' alam. Namun, sebelum ilmu pengetahuan berkembang, orang-orang masa lalu punya anggapan berbeda mengenai terjadinya gerhana matahari. Meski singkat, kegelapan yang dipicu fenomena astronomi tersebut.
Matahari dimakan
Di Vietnam kuno, orang-orang percaya bahwa gerhana matahari terjadi karena kodok raksasa makan Matahari.
Sementara di China, orang-orang menuding naga telah 'melahap' Matahari. Di Eropa, kaum Viking menganggap serigala yang bertanggung jawab atas 'raib'nya Sang Surya.
Kepala setan
Menurut mitologi Hindu, Rahu si iblis dipenggal kepalanya oleh Dewa Wisnu karena minum nektar yang diperuntukkan bagi dewa-dewa. Kepala si iblis melayang melintasi langit, dan ia menelan matahari.
Untuk menakut-nakuti Rahu, umum bagi orang-orang memukuli panci dan peralatan masak, membuat bunyi nyaring pada saat terjadi gerhana. Agar si iblis melepaskan Matahari dan terang kembali ke Bumi.
Anjing pencuri
Sedangkan, cerita rakyat Korea menuturkan bahwa seekor anjing mistis mencuri matahari, mengakibatkan terjadinya gerhana matahari. 
Kemarahan dan peringatan
Masyarakat Yunani kuno percaya bahwa gerhana matahari merupakan tanda kemarahan dewa-dewi, dan terjadinya merupakan peringatan akan datangnya bencana dan kehancuran.
Pesan damai
Suku Batammaliba dari Benin dan Togo dari Afrika Barat percaya dengan legenda yang mengatakan, pada saat terjadinya gerhana, matahari dan bulan sedang bertengkar. Satu-satunya cara untuk menghentikan konflik, mereka percaya, adalah orang-orang Bumi harus mengesampingkan perbedaan.
Jangan keluar rumah
Mitos yang lebih modern menyatakan gerhana matahari berbahaya untuk wanita hamil dan jabang bayi. Di beberapa budaya, anak-anak dan ibu hamil diminta jangan keluar rumah pada saat terjadinya gerhana.
Puasa
Di sebagian India, orang-orang tidak makan saat terjadinya gerhana matahari. Mereka khawatir, makanan yang dimasak saat terjadinya gerhana akan berubah menjadi racun.
Jatuhnya Kekuasaan Raja
Gerhana pada 1133 setelah masehi dikenal sebagai Gerhana Raja Henry di Inggris Raya. Raja Henry I meninggal sesaat setelah gerhana matahari total muncul dan fenomena itu dipercaya sebagai tanda buruk bagi monarki. Bangsa Babilonia langsung menempatkan pengganti raja saat gerhana masih terjadi untuk melindungi penguasa.
Hinduisme
Dalam mitologi Hindu, pelayan iblis, Rahu dan Ketu, dipercaya sebagai penyebab gerhana karena mereka menelan matahari. Mereka mampu menyedot cahaya yang memberikan kehidupan bagi manusia.
Beberapa kalangan beragam Hindu di Asia menyambut gerhana matahari dengan memukul kaleng dan kentongan atau membuat api unggun. Mereka berupaya untuk membuat Rahu takut dan tidak memakan mereka.
Orang Hamil Jangan Keluar Rumah
Dalam takhayul modern dipercaya jika gerhana matahari bisa menyebabkan bahaya pada wanita hamil dan anak yang belum lahir. Beberapa ibu hamil dan anak kecil diharuskan untuk tetap berasa di rumah selama gerhana berlangsung.
Bencana
Bangsa di masa Yunani kuno percaya jika gerhana matahari merupakan tanda adanya bencana dan kerusakan. Ini merupakan awal dari kemarahan Tuhan.
Pemenggalan.
Pada masa kuno di China, sangat penting bagi mereka untuk memprediksi kapan terjadinya gerhana bulan karena gerhana bisa berarti kehancuran penguasa. Pada 2134 sebelum masehi, astrolog China gagal memprediksi terjadinya gerhana matahari. Mereka pun dipenggal.
Racun
Di beberapa bagian pedalaman India, mereka masih percaya jika gerhana matahari bisa meracuni tanaman dan makanan yang mereka miliki.
Penyaliban
Kisah Yesus menyebutkan jika penyaliban dirinya dilakukan saat langit gelap. Di sini mereka percaya jika keajaiban sekaligus tanda-tanda kegelapan akan terjadi. Ahli sejarah yakin jika langit gelap ini terjadi pada gerhana saat tahun 29 sebelum masehi atau 33 sebelum masehi.
Mitos Korea

Cerita rakyat Korea percaya jika gerhana matahari terjadi karena matahari dicuri oleh anjing siluman.
 Download Brosur dan Booklet Gerhana Matahari Total (Brosur + Booklet)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rapat Kerja Pengurus Himafi FMIPA Unhas periode 2022-2023

Agenda pertama setelah adanya pelantikan pengurus Himafi FMIPA Unhas periode 2022-2023, yaitu diadakan rapat kerja (Raker). Rapat kerja ini merupakan sebuah agenda tahunan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan program kerja organisasi. Tujuan dilaksanakan Rapat Kerja (Raker) adalah untuk membahas dan merencakan program kerja pengurus Himafi FMIPA Unhas selama satu periode kepengurusan, agar setiap pelaksanaan usulan kebutuhan masing-masing bidang terealisasi dengan tepat dan akurat. Rapat kerja pengurus Himafi FMIPA Unhas periode 2022-2023 dilaksanakan pada tanggal 18-20 November 2022 di Pantai Tanjung Bayang, Pondok Harapan 08 yang dihadiri oleh anggota Himafi FMIPA Unhas. Ada empat bidang yang telah memaparkan berbagai program kerja, yakni Bidang Pengaderan, Bidang Pendidikan, Bidang Hubungan Masyrakat, Bidang Kerohanian, serta Bidang Dana dan Kesekretariatan. Foto suasana rapat kerja (Raker) Kemudian dilanjutkan penetapan dan pengesahan hasil hasil sidang

Kewirausahaan Edisi Januari 2022

🛒 [Himafi STORE] 🛍️  Kini hadir kewirausahaan Himafi FMIPA Unhas yang menyediakan aplikasi premium, dan tentunya dengan harga yang terjangkau. Kalian bisa nonton, dengerin musik tanpa iklan, dan bahkan dapat bikin desain dengan elemen-elemen pro yang tersedia.  Aplikasi :  - Neflix - Disney - Viu - Youtube - Zoom - Vidio - We TV - Spotify - Resso - IQIYI Bikin hari mu menjadi lebih berwarna di tahun ini dengan menjadikan aplikasi kalian menjadi premium. Daftar harga aplikasi: Contact Persons : 📲 085934560610 (Nidia) 💸Payments :  BNI : 1137100048 a/n Nidia Nahda BRI : 500301038767530 a/n Yuni Bandhaso (Gopay/Ovo) : +62 882-0214-66998 a/n Nidia Nahda Presented By:  Bidang Dana dan Kesekretariatan Jayalah Himafi Fisika Nan jaya.

Pelantikan Pengurus Himafi FMIPA Unhas Periode 2021-2022

Organisasi mahasiswa selain berperan sebagai media dalam pengembangan diri mahasiswa juga berperan penting dalam dinamika kehidupan kampus. Keberlanjutan sebuah organisasi mahasiswa penting dilakukan demi menjaga dan melestarikan roda keorganisasian. Himafi FMIPA Unhas mengadakan pelantikan pengurus periode 2021/2022 yang dilaksanakan pada tanggal 25 November 2021 bertempat di Lecture Theatre  2 Fakultas MIPA. Acara ini dihadiri oleh Bapak Prof. Dr. H. Arifin, M.T. selaku ketua Departemen Fisika, Ketua BEM KM FMIPA Unhas dan jajarannya, ketua-ketua himpunan selingkup KM FMIPA Unhas, serta kanda-kanda warga dari Himafi FMIPA Unhas dan HMGF FMIPA Unhas. Adapun formatur terpilih  yang dilantik yaitu saudara Muh. Ghalib Palagai sebagai Ketua Umum Himafi FMIPA Unhas, Septia Ulum Pajri sebagai Sekretaris Umum, Roslela sebagai Bendahara Umum, dan koordinator tiap bidang beserta anggotanya. Berikut struktur kepengurusan Himafi FMIPA Unhas Periode 2021/2022. Rangkaian kegiat